pregnancy

Drama Melahirkan (Part 2)

Lanjutan dari drama melahirkan part 1. Yang belum baca bisa baca di sini drama melahirkan part 1.

Setelah semalaman gak bisa tidur, akhirnya memutuskan ke RS setelah subuh. Beres-beres bentar terus cus ke RS. Sebenarnya buat ibu-ibu yang mau lahiran sebaiknya udah siapin barang-barang yang mau dibawa setelah masuk minggu ke 38. Tapi karena saya malas ya jadi siap-siap hanya jadi wacana. Oya, jangan lupa bawa dokumen-dokumen yang diperlukan. Misal fotokopi KTP, surat rujukan, foto kopi asuransi dll.

Sampai di RS langsung menuju UGD. Bidan jaga langsung nawarin mau pipis dulu atau gak. Karena saya bilang gak, saya langsung ke tiduran di kasur periksa. Dan yeah saat yang mendebarkan datang juga, saat diperiksa VT. huhuhuhuhu. Baca-baca tentang VT katanya ngiluuu. Dan yang saya rasakan? ngiluuuuu tapi masih lebih sakit kontraksinya sih. Jadi mesti santai jangan tegang. Tapi siapa yang bisa santai nahan kontraksi elah. Pas di VT bidannya bilang “Santai Bu, jangan tegang”. Saya cuma remes tangan suami.

Cek VT pertama sudah bukaan 6! Rasanya masih bisa tahan (sok kuat). Terus suami dipanggil buat mengurus administrasi. Buat para suami, ini lah salah satu peran penting anda mendampingi lahiran, mengurus administrasi.

Masuk ruang bersalin nunggu dokter. Dokter datang setengah jam kemudian. Mengecek status kesehatan saya dan bilang kalau kemajuannya bagus bisa lahiran normal. Dan dokter cek VT lagi, bukaan 8.

Di ruang bersalin ditunggui ibu dan suami. Jadi posisinya itu aku memunggungi Ibu, beliau mijitin pinggang, saya menghadap suami sambil remes-remes tangannya. Pijitan di pinggang itu sungguh sangat mengurangi rasa sakit, percayalah. Genggaman tangan dan belaian suami cukup menenangkan.

Meskipun sudah bukaan 8, tetap ada persiapan operasi. Sudah mulai puasa. Tetap dipantau kemajuan pembukaan dan denyut jantung janin. Dokter tidak bisa memberikan induksi karena dikhawatirkan janinnya semakin terlilit tali pusar karena ada dorongan ke bawah. Tidak bisa memecahkan ketuban juga karena dikhawatirkan tali pusarnya ikut terbawa arus air ketuban.

Dijadwalkan operasi jam 11. Semakin mendekati jam 11, tidak ada kemajuan pembukaan. Suami menandatangani persetujuan operasi. Saya disiapkan menuju ruang operasi. Pemasangan infus, kateter, dll.

Sampai pembukaan 8 kontraksi masih hilang-timbul dengan tingkat sakit yang masih saya bayangkan. Masuk ruangan operasi dikenalin dengan para kru. Kru ruang operasi masih ngajak becanda, saya sudah gak konsen karena lebih konsen ngatur nafas. Akhirnya dokternya datang. Si dokter lawak tetep saja wajahnya lawak di ruang operasi.

Pertama disuntik bius oleh dokter anestesi. Lega banget rasanya karena kan gak bisa ngerasain pinggul ke bawah. Rasa kontraksi langsung hilang.

Operasi dimulai. Berasa perut dikoyak dan ditarik-tarik tapi gak bisa merasakan sakit. Terdengar suara adzan Dhuhur, kemudian disusul suara tangis bayi yang lahir dari rahim saya. Suaranya kenceng.  Laki-laki. Dia didekatkan ke saya, yang pertama saya lihat adalah matanya, belok. Tidak ada IMD tapi dokter menempelkan bibir Bocil ke puting saya beberapa saat. Kemudian dia dibawa keluar, ditunjukkan pada ayahnya.

Buat yang berpikiran kalau melahirkan secara SC tidak sakit, berarti belum pernah merasakan SC. Melahirkan normal lebih sakit? ya saya hanya masih diberi kesempatan merasakan sampai pembukaan 8 dan rasanya ya alhamdulillah sakit.

Apapun proses lahirannya, tujuannya sih ibu dan bayi selamat. No judge lah.

Ini foto si Bocil pas usia 2 hari waktu dijemur. Lahir dengan berat 2,8 kg dan panjang 49 cm. Waktu jemur bayi itu bayinya berjejer-jejer dan Bocil jadi yang paling kerempyeng.

Momentum Pregnant Mom 20170928_082313
Bocil usia 2 hari

Sekarang usianya hampir 7 bulan. Beratnya pas usia 6 bulan sih 8,2 kg tapi sekarang kayaknya naik. Makin berat dan bulet. CImol kesayangan lah pokoknya.

Tinggalkan komentar